Soma dan Joyo adalah dua orang kakak beradik pemburu yang tinggal
dipinggir hutan. Keduanya sangat rukun dan saling menyayangi satu sama
lain, apalagi semenjak kedua orang tua mereka meninggal dunia.
Kadang-kadang mereka berdua berburu bersama, tetapi kadang-kadang salah
satu dari merekalah yang masuk ke hutan untuk berburu.
Pada
suatu hari, karena persediaan makanan sudah habis, maka Soma
berinisiatif untuk masuk hutan guna berburu. Maka ia berpesan pada Joyo
untuk menyiapkan bumbu-bumbu serta api untuk masak. Joyo tertawa,
"Ah...Abang... memang Abang bisa tangkap buruan dalam waktu singkat?
Kok, sudah minta disiapkan api segala..." Tapi Soma yang wataknya sangat
optimis dengan kemampuan dan keberuntungannya dengan sigap menjawab,"
Dik... lihat saja nanti... tak sampai tengah hari aku pasti pulang bawa
buruan!"
Maka pergilah Soma masuk kedalam hutan, sekitar
setengah jam dia berjalan, tiba-tiba saat menerobos semak-semak, ia
hampir terperosok masuk lubang yang tersembunyi. Untung saja ia
cepat-cepat berpegangan pada sebatang sulur sehingga tak jatuh. Ternyata
lubang itu tak dalam tapi cukup curam dan berbatu-batu dasarnya. Soma
benar-benar merasa beruntung karena ia selamat, kalau tidak ia pasti
akan mengalama cidera. Saat diperhatikan lagi lubang itu, ternyata ada
seekor rusa muda yang patah kakinya karena terperosok dalam lubang itu.
Maka
Soma-pun turun perlahan-lahan ke dalam lubang itu. Dihampirinya rusa
itu, dilihatnya cedera rusa itu sangat parah. Melihat itu, maka Soma-pun
segera menyembelih hewan malang itu. Dan dengan hati-hati diangkatnya
bangkai rusa itu naik untuk kemudian dibawa pulang.
Sesampainya
di rumah ditunjukkannya hasil buruannya pada Joyo, adiknya. Dan dengan
bangga diceritakannya keberuntungan yang menghinggapinya sehingga bisa
mendapatkan daging rusa muda yang jadi kegemaran mereka. Maka hari itu
pula kedua saudara itu berpesta dan tak lupa membagi daging yang ada
pada tetangga-tetangganya. Dan tetntu saja tak lupa Soma menceritakan
tentang keberuntungannya itu.
Saat malam telah tiba selepas
menyantap daging gulai rusa, kedua bersaudara itu bercakap-cakap. "
Dik.... besok kita ke lubang lagi. Aku yakin pasti ada rusa yang
terjebak lagi disana." Adiknya jadi ragu, " Kak... belum tentu kan ada
rusa yang terperosok lagi...." Soma hanya tersenyum mengejek," lihat
saja besok.... kau tahu kan aku punya keberuntungan lebih dari kamu...
jika besok di lubang itu ada rusa lagi... maka tugasmulah memanggul dan
memasaknya yaaa."
Keesokan harinya kedua bersaudara itu masuk
hutan, menuju ke lubang jebakan tempat Soma pertama kali menemukan rusa.
dan benar kata Soma, dalam lubang itu ada seekor rusa yang lebih besar
terjebak disana. Dan dengan jumawa maka di perintahkan adiknya untuk
mengambil rusa itu dan memanggulnya pulang serta memasaknya. Dan
merekapun kebali membagi daging ke tetangga-tetangganya. Salah seorang
tetangganya kebetulan sedang kedatangan sahabatnya seorang pedagang dari
kota tentu saja merasa bahagia karena dia jadi bisa menyuguhkan
hidangan nikmat untuk tamunya itu. Pada saat itu yang mengantar daging
adalah Joyo, maka saat si tetangga masuk untuk memasak, secara basa-basi
Joyo mengajak Pak Dul bercakap-cakap. Dia bertanya berbagai hal pada
Pak Dul, terutama tentang barang dagangannya. Ternyata Pak Dul berdagang
macam-macam, salah satunya adalah kayu wangi yang dibelinya dari
sahabat yang tetangga Joyo itu. Tiba-tiba Joyo ada ide, " Pak Dul,
apakah orang kota juga suka dengan hiasan kulit binatang? Kebetulan
dirumah ada beberapa karena selama ini kami hanya makan dagingnya saja."
Pak Dul berfikir sejenak, " Emmm... coba bawa kesini, aku lihat dulu."
Maka Joyo-pun segera berlari pulang untuk mengambil kulit rusa dari
rumahnya.
Soma, kakaknya tentu heran saat melihat adiknya
terburu-buru pulang. Ia pun bertanya mengapa adiknya terburu-buru
pulang. Dan Joyo menjawab, bahwa ia akan menawarkan kulit rusa itu pada
Pak Dul seorang pedagang. Soma hanya tertawa melecehkan, katanya, " Ah
buat apa jual kulit segala, dengan keberuntunganku, kita sudah cukup
makan. Kalau kita butuh beras, kan tinggal tukar dendeng dengan beras
pada Pak Tani." Tapi Joyo tak memperdulikan itu, dia mengambil kulit
yang sedang dijemurnya dan dibawa lagi ke tempat pak Dul. Pak Dul
menerima kulit itu, dan setelah mengamat-amati secara teliti kemudian
tersenyum. Ternyata dia sangat suka dan dia tahu ada rekannya di kota
yang mau membeli kulit itu dengan harga mahal. Maka segera dibayarnya
harga kulit rusa itu. Tetntu saja Joyo senang. saat pulang ditunjukkan
uang itu pada sang kakak. Tapi Soma tak memperdulikannya. Malah ia minta
Joyo untuk besok ikut dia masuk kedalam hutan lagi menengok lubang
jebakan itu.
Pada keesokan harinya, kedua bersaudara itu kembali
masuk hutan menuju lubang jebakan. Memang ada seekor binatang yang
terjebak disana, tapi hanya seekor merak. Soma menyumpah-nyumpah karena
ia mengharap ada rusa lagi disana. Dan dengan marah berbaliklah ia
pulang meninggalkan adiknya. Adiknya yang melihat merak itu tiba-tiba
punya ide. Dia turun ke lubang jebakan, ternyata merak itu luka kakinya.
Maka dibebatnya kaki merak itu, dan dibawanya pulang untuk dirawat.
Ternyata merak itu cepat sekali sembuhnya. Dan dia pergi ke rumah
tetangganya tempat Pak Dul menginap. Dan dia menawarkan merak itu pada
Pak Dul. Tentu saj Pak Dul antusias, karena orang kota jarang sekali
yang bisa memelihara merak. Itu adalah hewan yang sulit ditangkap dan
harganya amat mahal. Dia tahu ada orang kaya yang suka memelihara
binatang hutan. Dan pasti orang kaya itu mau membayar mahal untuk merak
itu. Maka dibelinya merak Joyo dengan harga mahal.
Sekembalinya
di rumah Joyo berfikir, jika hanya mengandalkan satu lubang jebakan dan
juga keberuntungan Soma saja, maka hasilnya sangatlah terbatas bahkan
tak bisa diandalkan pasti dapat hewan. Maka keesokan harinya ketika
kakaknya mengajak dia masuk hutan untuk menengok lubang jebakan, Joyo
menolaknya, ia lebih memilih membawa sebuah cangkul dan ia masuk hutan
sendirian dengan tujuan yang berbeda dengan kakaknya. Ternyata di hutan
Joyo menggali beberapa lubang jebakan, yang tak lupa pula diberi tanda
supaya tak ada orang yang terperosok di sana.
Seharian ia
menggali lubang-lubang itu. Setelah sore baru ia pulang. Teryata Soma
sudah menunggunya sambil tersenyum. Ternyata keberuntungannya membaik,
ada seekor rusa dan kancil yang tertangkap di lubang jebakan itu. Tapi
Soma meninggalkan kancil itu, karena dia hanya mau daging rusa saja. dan
diremehkannya apa yang dikatakan Joyo setelah Joyo menceritakan apa
yang dilakukan di hutan dan untuk apa hal itu dilakukan.
Keesokan
harinya mereka masuk hutan lagi, tapi tujuannya tak sama, Soma pergi ke
lubang jebakan yang ditemukan sedangkan Joyo pergi ke lubang jebakan
yang dibuatnya. Ternyata Soma merasa tak beruntung karena yang terjebak
disana hanyalah ayam hutan. Sedangkan Joyo setelah melihat semua lubang
jebakannya ternyata mendapat hasil. dari 5 lubang yang digalinya, ada
dua yang berhasil memerangkap hewan. seekor kelinci dan seekor kera.
Maka ia pulang membawa hasil buruannya pulang, berbeda dengan Soma yang
hanya menginginkan rusa, maka ayam hutan itupun dibuangnya.
Suasana
malam hari kedua saudara itu berbeda, Soma nampak jengkel sambil makan
sate kelinci buatan adiknya, sedangkan Joyo nampak bahagia karena ia
bisa makan lauk sate kelinci, ditambah lagi dia berhasil menjual kulit
kelinci, walaupun dengan harga murah pada Pak Dul dan juga seekor monyet
yang juga dijual padanya.
Saat tiba waktunya Pak Dul pergi ke
kota, ia berpesan pada Joyo untuk mengumpulkan kulit ataupun hewan yang
bisa dijual dan menunggunya kembali ke desa Joyo. Dia berjanji sebulan
sekali akan kembali ke desa itu. Ternyata benar, sebulan kemudian, Pak
Dul kembali sambil membawa beberapa orang teman pedagang. Dan Joyopun
menjual apa saja yang menurut dia bisa dijual, bahkan bukan hanya hewan,
tapi hasil hutan yang lain yang ditemui saat dia memeriksa lubang
jebakannya. Ada kalanya ia temukan madu, ada kalanya damar dan
lain-lain.
Lambat laun terjadilah perbedaan mencolok dari kedua
bersaudara itu. Soma dengan segala keberuntungan yang diyakininya hanya
terkadang saja mendapatkan rusa, sedangkan Joyo tak perduli apakah rusa
atau hewan lain yang tertangkap, maka dia selalu berfikir bahwa
keberuntungan tidaklah semata-mata ditunggu, tetapi bagaimana dia
mencoba menciptakan sebuah kesempatan yang secara otomatis juga
menciptakan keberuntungannya sendiri.
Saya sebagai penulis
meminta maaf apabila ada yang ada diantara Anda adalah pecinta
lingkungan hidup atau pecinta binatang karena saya seolah memberikan
gambaran tentang perusakan lingkungan bagi para pembaca. Tetapi mohon
ini ditangkap secara segi positifnya saja, dengan cara menelaah cerita
ini dengan bijak. Banyak nilai yang terserak didalam cerita ini dan
semoga bermanfaat terutama bagi saya pribadi sebagai penulisnya. Jika
kita cermati, dalam cerita ini ada sebuah nilai dimana proses
pembingkaian dan pembingkaian ulang sebagai bagian penting dalam
menyikapi sebuah peristiwa.
1 comments:
Post a Comment